Masih ingatkah kita, sejak kapan kita menyadari kehidupan ini? Sejak umur berapakah kita bisa mengingat banyak hal yang terjadi di masa kecil?
Suatu malam seorang Ibu berkata kepada anaknya di sela sela mengajari membaca dan menulis dengan mengeja huruf demi huruf.
Nasihat Seorang Ibu Adalah Doa
"Nak,kamu harus belajar yang rajin, agar kelak kamu menjadi orang yang pandai.." Si anak menghentikan menulisnya. Lalu menoleh dan memandang wajah Ibunya dengan wajah yang polos.
"Jika kamu pintar menulis, pintar membaca, kamu bisa melanjutkan sekolah yang tinggi"
"Kamu bisa jadi Dokter". kata Ibunya melanjutkan dengan nada penuh kasih.
Si anak hanya terdiam antara mengerti dan tidak, memandang wajah Ibunya dengan ekpresi dan tingkah yang lugu
"Jangan seperti Bapak dan Ibumu, yang hanya bisa sekolah sampai kelas 3 SD, Jadi ya seperti ini".
"Memangnya Ibu dulu tidak sekolah sampai tamat?. tanya sang anak kepada Ibunya.
"Dulu.. ketika Ibu bersekolah pagi pagi harus membantu orang pekerjaan orang tua dahulu, jadi tidak jarang ketika sampai kesekolah.. pelajaranya sudah selesai, sekolahnya sudah bubar"
Begitulah obrolan obrolan kecil seorang Ibu kepada anaknya yang sebenarnya terselip sebuah nasehat yang dalam, menyuntikan hal kebaikan kedalam pikiran kita sejak dini. Walaupun saat itu kita belum memahami betul apa yang di maksud sesungguhnya.
Cerita Tentang Bagaimana Kita Dilahirkan
Di lain waktu, Ibu bercerita kepada anaknya bahwa dulu kamu lahir melewati lubang yang sangat kecil, katanya sambil menunjukan ujung jarinya.
Dengan rasa sakit yang luar biasa, dengan bertaruh nyawa antara hidup dan mati. Karena itulah Ibu berharap kamu nantinya jadi orang baik, sayang kepada orang tua, patuh kepada orang tua, menjadi orang yang taat
Dan berjuta kata nasehat yang masuk memenuhi imaginasi si anak tanpa mengerti harus berkata apa. Seucap sekata dari seorang Ibu adalah do'a... do'a.. dan do'a...
Baca juga :Kisah miris sebuah keluarga yang bikin menetes air mata
Sejak kita di lahirkan, Ibulah yang mengasuh kita. Menyusui kita, menyuapin kita, menggendong, menidurkan, melindungi kita tanpa mengenal waktu demi anaknya.
Ketika memiliki sedikit makanan dari tetangganya, ia tidak memakanya. Tetapi memberikan makanan itu kepada anak anaknya.
Ibu bilang kalau ia sudah makan. Padahal itu bohong. ia tersenyum gembira ketika anak anaknya melahap makanan itu.
Di waktu yang lain, ketika makanan hanya sedikit, Beliau memberikan makan kepada anak anaknya seraya berkata kalau ia masih kenyang. Dan itu juga bohong. Tapi saat itu kita tidak tahu kalau ia sering berbohong.
Seorang Ibu hanya ingin melihat anak anaknya gembira, ceria. Ia merasa kenyang ketika melihat anak anaknya ceria. Ia merasa bahagia ketika melihat anak anaknya senang.
Ibu jugalah orang yang pertama kali mendidik kita, mengajari kita, dan mendoakan kita. Apakah kita sanggup membalas jasanya? Jasa yang tidak bisa di nilai dengan apapun.
Kesunyian Dalam Keramaian
Ketika kita sudah besar, anak anak dari seorang Ibu kini jauh. Sampai berbulan bulan, bahkan sampai tahunan baru bisa bertemu.
Sesekali bertanya kabar hanya melalui telepon. Hanya suara lirihnya yang bisa kita dengar. Jangankan menyuapinya sesendok nasi.
Seorang Ibu memiliki banyak anak, tetapi kehidupanya seperti tidak memiliki anak. Namun beliau tetap tegar seakan tidak memiliki masalah apapun.
Ia tetap bisa tertawa walau mungkin memaksa. Seorang Ibu tidak ingin menampakan kesedihan di depan anak anaknya. Walau dalam kesunyian.
Seorang Ibu yang tidak pernah mengharapkan apapun dari anak anaknya, tidak pernah meminta apapun dari anak anaknya.
Saat anaknya memberi sesuatu, tak jarang Seorang Ibu menolaknya. Ia bilang kalau dia juga punya.Tapi saat anaknya pergi apapun di tawarkan untuk di bawanya.
Ibu Adalah Pembohong Kepada Anaknya...
Tapi yakinlah bahwa seorang Ibu tidak pernah berhenti mendoakan anak anaknya sampai kapanpun.
Ketika sekian lama tidak bertemu, Ia masih seperti dulu... makanan yang Ibu sodorkan. Dan tampak senang ketika anaknya yang sudah beranak pinak memakan masakanya.
Seraut wajah yang menuju renta, tampak sumringah ketika di kelilingi anak anaknya yang sudah besar bahkan beranak lagi. Walaupun tak ada sesuatu yang di bawa untuknya.
Namun tampak jelas kebahagian seorang Ibu bukan karena apa yang di bawanya. Tapi karena bisa melihat anak anaknya baik baik saja.
Suatu hari seorang anak mendatangi Ibunya untuk mohon pamit kalau dia akan pergi. Seperti biasa, beliau menawarkan ingin membawa apa apa untuk bekal.
Terkadang anaknya menolak. Tidak usahlah. Tetapi sebenarnya menerima pemberianya juga sudah membuat hatinya senang.
Saat Ibunya berdiri, ia menatapnya lalu berlutut, bersujud dan mencium telapak kakinya... memohon ampunan..memohon ijin.. dan mendoakan.
Tak terpikirkan oleh anaknya, kalau Ibunya akan menangis sejadi jadinya...Tetapi ada sedikit rasa lega di dadanya.
Ibu adalah segalanya bagi anak anaknya...Tapi terkadang kita lupa kepada sosok yang telah melahirkan kita.
Ibu adalah sosok terkuat.. sosok yang sangat tabah... sosok yang tegar... sosok yang paling berjasa tanpa imbalan.
Sesorang yang pandai berbohong... pandai menyembunyikan kesedihan... pandai bersandiwara di mata anaknya, demi rasa cinta dan kebaikan anak anaknya.
Sosok yang akan menyanyangi anak anaknya sepanjang hidupnya. Namun menyimpan rapat rapat, menelan sendiri apapun pahit getirnya hidup yang di rasakanya
Maafkan Anak Anakmu
Maafkan kami anak anakmu...Jika kami tidak sesuai harapanmu...
Maafkan kami anakmu...Kami tidak bisa membalas sedikitpun jasa jasamu kepada kami...
Maafkan kami anakmu...Jika kami tidak bisa mengerti dan memahamimu...
Maafkan kami Ibu... kami belum bisa membahagiakan...
Tak ada yang bisa kami berikan..Kami hanya bisa berdoa dan berharap semoga Ibu selalu sehat, dan selalu dalam lindunganNYA.
Ingin rasanya meneriakan ini sampai ke ujung dunia agar ada sedikit kelegaan di dada.. Bahagiaku disini..diantara mereka.. ditengah kesunyian taman bunga, nyanyian burung... dan gemercik air...